Bayangkan Kalau 2019 Bukan Jokowi Yang Jadi Presiden
Judul : Bayangkan Kalau 2019 Bukan Jokowi Yang Jadi Presiden
link : Bayangkan Kalau 2019 Bukan Jokowi Yang Jadi Presiden
Bayangkan Kalau 2019 Bukan Jokowi Yang Jadi Presiden - Ngeri! Ngeri! Ngeri! , Gara-gara membaca berita ini saya jadi kepikiran, naudzubillahimindzalik, kalau ndilalah Pak Jokowi di 2019 nggak jadi Presiden lagi kira-kira bagaimana ya?
Yang jelas sih, seperti kata Pak Gatot Nurmantyo, yang paling kelihatan adalah soal proyek infrastruktur. Iya proyek yang kata hatersnya Jokowi bikin nambah-nambahi utang negara dan bahkan ada lagi politikus yang berpendapat "buat apa bangun jalan tol blablabla..." itu. Sebab realistis saja, kita sudah 72 tahun merdeka, ternyata pemerataan pembangunan masih sangat kurang terutama di luar Pulau Jawa. Negara lain seperti Singapura saja sudah bisa semaju itu. Lah kita 72 tahun ngapain aja? Dari situ kita tahu yang harus dibangun ini banyak dan karena membangun itu nggak mungkin seperti kisah Bandung Bondowoso-Roro Jonggrang maka jelas butuh waktu. Pesta Point Berhadiah Sbobet Casino 338A
Bayangkan kalau Presidennya di 2019 bukan Joko Widodo, kemudian arah haluan pembangunannya diubah gara-gara memenuhi janji kampanye ke masyarakat yang, misalnya bisa jadi, dikompori bahwa tidak akan ada lagi utang luar negeri andai memilih calon tersebut. Padahal ya siapapun yang jadi Presiden pasti akan tetap minta utang luar negeri sekaligus membayar utang dan bunga-bunganya dari transaksi Pemerintah di masa lampau. Bakal banyak proyek mangkrak yang akhirnya kerugian negara akan sangat besar. Kalau proyek selesai maka bisa digunakan baik sebagai alat ekonomi maupun untuk menggerakkan perekonomian, kalau mangkrak ya sudah buyar tak ada manfaatnya malah bisa jadi justru menimbulkan masalah lingkungan, ekonomi, dll.
Ini masih sisi superfisial dari pembangunan infrastruktur. Lebih dalam lagi berarti ada potensi perekonomian dan sosial yang akan terhambat. Daerah akan kembali sulit maju. Kemudahan hidup dan geliat perekonomian hanya dimiliki kota-kota besar atau yang dekat dengan Pemerintahan saja. Lagi-lagi akan banyak yang merasa sebagai warga negara kelas dua. Kalau begini kapan mau terwujud keadilan sosial? Kapan ada pemerataan kesejahteraan? Kapan anak bangsa punya kesempatan yang sama besar dalam mewujudkan mimpi mereka?
Belum lagi setiap pemimpin baru pasti akan masuk masa adjustment alias penyesuaian dan adaptasi. Entah itu diwujudkan dengan dia mulai membenahi mana yang salah, menetapkan dasar dan arah Pemerintahan, hingga bagi-bagi 'kue'. Masa penyesuaian ini bisa sekitar 1-2 tahun. Artinya lagi-lagi kita akan buang waktu. Belum lagi kalau yang berkuasa adalah mereka yang selama ini sering bikin rusuh (ini nggak sebut nama lho). Kemungkinan mereka akan mengembalikan dulu kenikmatan hidup yang terampas ketika Pemerintahan Jokowi melakukan penataan dan pembersihan di banyak bidang. Ya gimana biasa hidup enak sekarang dipaksa tertib, tentu ketika punya kesempatan hidupnya kembali mudah mereka akan memanfaatkan itu semaksimal mungkin bukan? Bandar Casino Terbaik Bagi - Bagi Hadiah Menarik
Belum termasuk golongan yang saat ini merasa direpresi oleh Pemerintah dan tidak sadar bahwa yang mereka lakukan memang tidak benar. Siapapun kompetitor Jokowi di Pilpres mendatang pasti akan merangkul mereka untuk meraih suara dan mengeruk simpatisan. Dan kalau sudah begini pasti mereka juga punya 'kesepakatan' yang tak jarang sebetulnya bertentangan dengan prinsip sang kompetitor, tapi namanya demi berkuasa tentu banyak orang yang rela menghalalkan segala cara. Urusan dosa dan apakah itu akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat oleh mereka dianggap urusan nanti, yang penting bisa menang mau jualannya agama, rasisme, hoax, menciptakan perpecahan, rasa tidak aman, dll.
Jadi memang bagaimanapun caranya Jokowi harus bisa satu periode lagi. Beri Beliau kesempatan satu kali lagi menjabat, melanjutkan yang saat ini sudah dirancang dan dikerjakan, serta pastikan kelak jelang akhir periode kedua Beliau akan meninggalkan legacy yang baik untuk pemimpin berikutnya.
Indonesia belajarlah dari Jakarta yang sekarang. Betapa mahalnya damage control yang harus dibayar gara-gara huru-hara politik kemarin. Betapa amisnya kelakuan sekelompok orang. Jangan mudah termakan janji-janji absurd, gunakan rasionalitas dalam berpikir. Hargailah kerja keras dan kerja nyata seseorang. Dalam politik memang tak ada yang sempurna, tapi kita bisa memilih : which one is less evil? Live Roulette Dengan Bonus Rollingan Plus Iphone Dan Jam Keren
Sumber : Seword.com
Yang jelas sih, seperti kata Pak Gatot Nurmantyo, yang paling kelihatan adalah soal proyek infrastruktur. Iya proyek yang kata hatersnya Jokowi bikin nambah-nambahi utang negara dan bahkan ada lagi politikus yang berpendapat "buat apa bangun jalan tol blablabla..." itu. Sebab realistis saja, kita sudah 72 tahun merdeka, ternyata pemerataan pembangunan masih sangat kurang terutama di luar Pulau Jawa. Negara lain seperti Singapura saja sudah bisa semaju itu. Lah kita 72 tahun ngapain aja? Dari situ kita tahu yang harus dibangun ini banyak dan karena membangun itu nggak mungkin seperti kisah Bandung Bondowoso-Roro Jonggrang maka jelas butuh waktu. Pesta Point Berhadiah Sbobet Casino 338A
Bayangkan kalau Presidennya di 2019 bukan Joko Widodo, kemudian arah haluan pembangunannya diubah gara-gara memenuhi janji kampanye ke masyarakat yang, misalnya bisa jadi, dikompori bahwa tidak akan ada lagi utang luar negeri andai memilih calon tersebut. Padahal ya siapapun yang jadi Presiden pasti akan tetap minta utang luar negeri sekaligus membayar utang dan bunga-bunganya dari transaksi Pemerintah di masa lampau. Bakal banyak proyek mangkrak yang akhirnya kerugian negara akan sangat besar. Kalau proyek selesai maka bisa digunakan baik sebagai alat ekonomi maupun untuk menggerakkan perekonomian, kalau mangkrak ya sudah buyar tak ada manfaatnya malah bisa jadi justru menimbulkan masalah lingkungan, ekonomi, dll.
Ini masih sisi superfisial dari pembangunan infrastruktur. Lebih dalam lagi berarti ada potensi perekonomian dan sosial yang akan terhambat. Daerah akan kembali sulit maju. Kemudahan hidup dan geliat perekonomian hanya dimiliki kota-kota besar atau yang dekat dengan Pemerintahan saja. Lagi-lagi akan banyak yang merasa sebagai warga negara kelas dua. Kalau begini kapan mau terwujud keadilan sosial? Kapan ada pemerataan kesejahteraan? Kapan anak bangsa punya kesempatan yang sama besar dalam mewujudkan mimpi mereka?
Belum lagi setiap pemimpin baru pasti akan masuk masa adjustment alias penyesuaian dan adaptasi. Entah itu diwujudkan dengan dia mulai membenahi mana yang salah, menetapkan dasar dan arah Pemerintahan, hingga bagi-bagi 'kue'. Masa penyesuaian ini bisa sekitar 1-2 tahun. Artinya lagi-lagi kita akan buang waktu. Belum lagi kalau yang berkuasa adalah mereka yang selama ini sering bikin rusuh (ini nggak sebut nama lho). Kemungkinan mereka akan mengembalikan dulu kenikmatan hidup yang terampas ketika Pemerintahan Jokowi melakukan penataan dan pembersihan di banyak bidang. Ya gimana biasa hidup enak sekarang dipaksa tertib, tentu ketika punya kesempatan hidupnya kembali mudah mereka akan memanfaatkan itu semaksimal mungkin bukan? Bandar Casino Terbaik Bagi - Bagi Hadiah Menarik
Belum termasuk golongan yang saat ini merasa direpresi oleh Pemerintah dan tidak sadar bahwa yang mereka lakukan memang tidak benar. Siapapun kompetitor Jokowi di Pilpres mendatang pasti akan merangkul mereka untuk meraih suara dan mengeruk simpatisan. Dan kalau sudah begini pasti mereka juga punya 'kesepakatan' yang tak jarang sebetulnya bertentangan dengan prinsip sang kompetitor, tapi namanya demi berkuasa tentu banyak orang yang rela menghalalkan segala cara. Urusan dosa dan apakah itu akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat oleh mereka dianggap urusan nanti, yang penting bisa menang mau jualannya agama, rasisme, hoax, menciptakan perpecahan, rasa tidak aman, dll.
Jadi memang bagaimanapun caranya Jokowi harus bisa satu periode lagi. Beri Beliau kesempatan satu kali lagi menjabat, melanjutkan yang saat ini sudah dirancang dan dikerjakan, serta pastikan kelak jelang akhir periode kedua Beliau akan meninggalkan legacy yang baik untuk pemimpin berikutnya.
Indonesia belajarlah dari Jakarta yang sekarang. Betapa mahalnya damage control yang harus dibayar gara-gara huru-hara politik kemarin. Betapa amisnya kelakuan sekelompok orang. Jangan mudah termakan janji-janji absurd, gunakan rasionalitas dalam berpikir. Hargailah kerja keras dan kerja nyata seseorang. Dalam politik memang tak ada yang sempurna, tapi kita bisa memilih : which one is less evil? Live Roulette Dengan Bonus Rollingan Plus Iphone Dan Jam Keren
Sumber : Seword.com
Sekianlah berita Bayangkan Kalau 2019 Bukan Jokowi Yang Jadi Presiden pada kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Sampai jumpa di postingan artikel berita lainnya.
Anda sekarang membaca artikel berita Bayangkan Kalau 2019 Bukan Jokowi Yang Jadi Presiden dengan alamat link https://padosberita.blogspot.com/2017/11/bayangkan-kalau-2019-bukan-jokowi-yang.html