Solusi Keterbatasan Anggaran dan Bantuan Pemerintah dalam Porsadin
Judul : Solusi Keterbatasan Anggaran dan Bantuan Pemerintah dalam Porsadin
link : Solusi Keterbatasan Anggaran dan Bantuan Pemerintah dalam Porsadin
Solusi Keterbatasan Anggaran dan Bantuan Pemerintah dalam Porsadin
oleh:
Firdaus Gani
Ketua DPW FKDT Sumbar (Mahasiswa S3 UMSumbar)
Pertanyaan yang sering muncul: “Salahkah DPW FKDT Sumbar menggalang infak santri dan guru MDT untuk Porsadin?” Ada yang menilai membebani, ada pula yang beranggapan cukup mengandalkan APBD, DPRD, atau donatur. Semua pandangan tentu baik. Tetapi mari kita realistis: apakah organisasi sebesar FKDT bisa terus berharap pada pihak luar, sementara pengalaman menunjukkan biaya Porsadin provinsi bisa menembus Rp400 juta, bahkan Porsadinnas di Jawa Tengah mencapai Rp500 juta?
Faktanya, banyak DPC di Sumbar sudah terbiasa menggalang infak rutin dari MDT, guru, dan santri tanpa kendala. Lalu mengapa di tingkat provinsi justru ada yang sepertinya masih ada sebagian yang keberatan? Bukankah Porsadin provinsi dan nasional adalah milik bersama? Bukankah yang bertanding adalah putra-putri terbaik kabupaten/kota kita sendiri?
Mandiri dengan Gerakan Infak Guru dan Santri
FKDT harus mandiri. Karena itu, DPW menawarkan skema sederhana: infak santri Rp1.000 per bulan. Mari kita berhitung. Jumlah santri dan guru MDT di Sumatera Barat diperkirakan mencapai 60 ribu orang. Andaikan hanya 50 ribu saja yang berkomitmen, maka terkumpul Rp50 juta per bulan. Dalam setahun jumlahnya Rp600 juta, dan dalam dua tahun mencapai Rp1,2 miliar. Sekalipun hanya 80% berjalan, hasilnya tetap luar biasa.
Dengan pola ini, panitia tidak lagi pusing mencari dana setiap menjelang Porsadin, melainkan bisa fokus meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan prestasi kafilah.
Mekanisme Sederhana, Manfaat Berlipat
Agar program berjalan efektif, setiap kecamatan perlu membentuk DPAC FKDT. Mekanismenya sederhana: DPAC mengoordinasikan MDT masing-masing, lalu dana dikumpulkan dan ditransfer ke rekening resmi DPW. Dana infak kemudian dikelola oleh Koperasi Syariah FKDT Sumbar.
Manfaat gandanya jelas:
1. Koperasi Syariah FKDT Sumbar berkembang pesat karena memiliki modal yang jelas dan berkesinambungan.
2. Porsadin berjalan lancar karena seluruh kebutuhan—perlengkapan, seragam, transportasi, akomodasi, hingga konsumsi—disediakan dan dikelola koperasi.
3. Dana aman sekaligus produktif, karena dikelola secara syariah untuk keberlanjutan organisasi.
Dengan pola ini, infak santri menjadi fondasi kemandirian. Sementara dukungan pemerintah dan donatur tetap dicari sebagai penguat, bukan sebagai tumpuan utama.
FKDT Solid, MDT Bangkit
Gerakan infak santri ini bukan sekadar soal dana. Ada nilai besar yang tertanam:
Santri belajar berinfak sejak dini. Mereka terbiasa memberi, membantu, dan merasakan kebersamaan.Ada rasa memiliki. Mereka sadar, yang tampil di Porsadin adalah saudara sesama santri.Motivasi belajar dan berlatih meningkat. Karena mereka tahu prestasi akan lebih dihargai, pelatihan ditingkatkan, dan peluang meraih juara semakin besar
Dengan begitu, FKDT bukan hanya penyelenggara, tetapi juga promotor pergerakan infak yang menumbuhkan karakter santri dermawan, berdaya saing, dan berjiwa kebersamaan.
Penutup
Mari satukan langkah. Dukung infak santri Rp1.000 per bulan, jalankan lewat struktur DPAC hingga MDT, dan kelola secara amanah melalui Koperasi Syariah FKDT Sumbar. Dengan kebersamaan ini, insyaAllah Porsadin Sumbar dan Porsadinnas setiap dua tahun sekali akan sukses, berkualitas, dan melahirkan FKDT Sumatera Barat yang mandiri, bermartabat, dan berdaya saing nasional.
FKDT Solid, MDT Bangkit!
Sekianlah berita Solusi Keterbatasan Anggaran dan Bantuan Pemerintah dalam Porsadin pada kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Sampai jumpa di postingan artikel berita lainnya.
Anda sekarang membaca artikel berita Solusi Keterbatasan Anggaran dan Bantuan Pemerintah dalam Porsadin dengan alamat link https://padosberita.blogspot.com/2025/09/solusi-keterbatasan-anggaran-dan.html
.jpg)